Rahim Pengganti

Bab 85 "Saling Merindukan"



Bab 85 "Saling Merindukan"

0Bab 85     
0

Saling Merindukan.      

"Ma, mama beneran gak tahu dimana istri dan anak aku?" tanya Bian dengan frustasi. Pria itu sudah sejak tadi mencoba mencari tahu di mana keberadaan sang istri dari mamanya. Karena sejak kepulangan Mama Ratih dan Siska, sikap keduanya seolah sudah tidak peduli dengan keberadaan Carissa.      

Biasanya keduanya selalu menanyakan hal itu. Namun, kali ini tidak dan hal itu membuat kecurigaan di dalam hati Bian.      

"Mama gak tahu, dan Mama gak mau tahu Bian," ucap Mama Ratih seolah masa bodoh.      

"Astaga mama please kasih tahu aku dimana mereka. Aku mau menyelesaikan semuanya Ma," ujar Bian. Bukannya menjawab Mama Ratih meninggalkan Bian, jika lama di sana dapat dipastikan dirinya akan mengatakan hal sebenarnya.      

Bian mendesah panjang, wanita yang sudah melahirkan dirinya itu tidak mau mengatakan hal sebenarnya. Bian pun hanya bisa pasrah dengan keadaan saat ini, pria itu menutup matanya memikirkan bagaimana jadinya ini.      

Di lain tempat, Carissa terdiam di dalam kamarnya. Menatap ke arah anaknya yang baru saja tertidur. Ada perasaan yang mengganjal di hatinya, lalu dirinya berjalan menuju tempat tidur, selama ini Melody selalu mengerti akan dirinya. Jika mereka sedang berdua, barulah anak manis itu bertanya 'Ayah dimana' 'Mau gendong Ayah' 'Rindu Ayah'      

Percayalah saat Melody bertanya seperti itu, hati Caca juga merasakan hal yang sama.      

"Adek rindu Ayah, sama Bunda juga, nak. Tapi kita gak bisa selalu jadi benalu buat Ayah dan Ibu Della. Maaf pernah ingin meninggalkan Melody bersama dengan mereka berdua."      

Carissa memang mengkhianati perjanjian mereka, tapi bagi Bian perjanjian itu sudah hilang sejak lama. Sejak keduanya memulai untuk bersama, tapi memang Bian tidak menyuarakan secara jelas hingga menimbulkan hal seperti ini.      

***      

6 bulan berlalu, sudah selama itu Caca dan Bian tidak berkomunikasi. Sudah selama itu juga, cafe milik Caca berdiri. Tempat itu semakin ramai karena banyak orang yang sudah tahu, banyak anak anak muda yang menghabiskan waktu mereka berada di sana.      

Hal itu menjadi penyemangat buat Carissa seorang diri, apa lagi saat ini Bunda Iren sedang pulang ke Jakarta. Karena, panti asuhan akan segera di renovasi sehingga selama satu bulan terakhir hanya dirinya dan Melody.      

Jika sudah pergi ke Cafe Melody akan selalu senang, Alan sengaja membangun tempat bermain anak anak seumuran Melody supaya saat kedua orang tua anak anak tersebut datang, ada tempat yang nyaman.      

"Astaga!!! Ini CEO Perusahaan NRA group? Gila, jelek amat," ledek Jodi. Elang dan Andrian hanya bisa tertawa, mendengar ledekkan yang dilontarkan oleh pria itu. Sedangkan Bian hanya menatap datar, pria itu tidak ada waktu jika harus mendengarkan ucapan dari mereka yang tidak perlu.      

"Loe kenapa gak pulang Bi?" tanya Elang.      

Sudah tiga hari ini Bian hanya berada di apartemen nya, tempat ternyaman untuk dirinya saat ini. Apartemen yang sengaja Bian beli, untuk sang istri saat Anniversary mereka nanti.      

Tapi nyata mereka tidak akan mungkin merayakannya karena hingga detik ini Bian belum juga bisa bertemu dengan istri dan anaknya.      

"Kasihan Tante Ratih Bi. Loe kalau emang mau di sini, kasih kabar. Jangan diam aja kek gini," jelas Elang.      

Pria itu kaget ketika 'calon ibu mertua' nya itu menelpon dengan nada panik karena Bian tidak bisa dihubungi. Elang langsung menelpon Jodi dan Andrian, untuk mencari keberadaan Elang. Mereka semua tahu, Bian melakukan hal yang tidak di inginkan.      

"Gue gak akan bunuh diri kok, kalian tenang aja."      

Mendengarkan jawaban yang dilontarkan oleh Bian benar benar membuat, semua mata di sana menatap dengan sangat tajam, sungguh mereka tidak menyebutkan hal itu tapi alangkah peka dirinya sejak Carissa pergi.      

"Terus loe ngapain di sini Bi. Pulang gih, kasihan Tante Ratih nyariin loe tuh," balas Elang.      

"Nanti aja. Gue masih mau di sini," jawab Bian.     

"Ingat loe bulan depan harus ke Malang. Jangan sampai tumbang, gue gak bisa gantiin loe," ujar Andrian.     

"Hem." Bian hanya menjawab singkat, pria itu tidak berniat untuk melanjutkan pembicaraan membuat ketiga pamit. Membiarkan Bian sendirian di dalam sana.      

***      

Setelah pulang dari apartemen Bian. Elang kaget saat melihat Siska ada di apartemen nya, wanita itu sedang sibuk memasak di dapur. Senyum manis di bibir Elang terbit, pria itu berjalan masuk dan segera menuju dapur      

Elang memeluk Siska dari belakang, mendapatkan hal itu secara mendadak membuat Siska kaget. Hampir saja centong sayur itu mendarat dengan nyaman di kepala Elang.      

"Kamu ngagetin tau gak," ujar Melody.      

"Ha ha ha. Maaf sayang, maaf kamu udah lama di sini?" tanya Elang sambil mengecup bahu Siska, pria itu menarik bajunya sehingga bibir itu menyentuh kulit Siska.      

"Nggak lama kok, tadi emang mau ke sini. Cuma pas beli belanjaan ketemu sama mbak Bunga," jawab Siska.      

"Bunga?" beo Elang.      

"Iya istri Mas Alan. Itu loh Mas, anaknya Bunda Iren juga," jawab Siska tanpa sadar, wanita itu tidak menyadari jika dirinya saat ini sedang mencoba membuka sebuah rahasia.      

Elang terdiam, pria itu berpikir sejak kapan Siska dekat dengan mereka. Ada sebuah tanda tanya besar di kepalanya saat ini.      

***      

Kedua bibir sudah menyatu, saling bertukar Saliva dengan perasaan lembut Elang melumat bibir manis tersebut, bibir yang membuat dirinya kehilangan kontrol untuk pertama kali.      

Bagi Elang Siska adalah wanita yang paling berbeda, sulit untuk dirinya memantapkan hati jika Siska adalah pilihan yang terbaik. Ciuman itu semakin panas, bahkan kedua tangan Elang sudah tidak hanya diam. Jari jemari milik Siska sudah sejak tadi meremas rambut kepala Elang sehingga semakin membuat debaran panas.      

Ciuman itu turun ke leher mulus milik Siska. Desahan kecil terdengar sangat jelas hal itu semakin membuat, Elang bersemangat jejak jeka cinta di tinggalkan Elang di sana.      

"Eugh."      

Suara merdu itu lolos dari mulut manis Siska, saat ini Elang sedang bermain di kedua dada milik Siska. Dada yang semakin hari semakin, membuat Elang mengingatnya. Pria itu sudah seperti bayi yang kehausan, menghisapnya dengan sangat kuat.      

Siska tersenyum dan mengusap kepala Elang dengan penuh cinta. Apa yang keduanya lakukan memang seharusnya tidak boleh terjadi namun, keduanya sudah dewasa dan tahu apa yang baik dan tidak.       

Ting tong     

Suara bel apartemen milik Elang berbunyi, hal itu tidak membuat keduanya berhenti melakukan aktivitas mereka. Elang masih sibuk dengan kedua bukit kembar tersebut, sejak saat pertama kali mereka menyatu sampai detik ini kegiatan yang keduanya lakukan hanya sebatas bibir dan dada.     

Elang akan menjaga Siska hingga mereka menikah, pria itu tidak mau mereka selalu menyatu. Elang tahu dirinya tidak bisa mengontrol hal itu, sehingga kegiatan panas mereka hanya sebatas bibir dan dada saja.      

"Mas buka dulu, siapa tahu penting," ujar Siska. Elang melepaskan hisapnya, menatap kesal ke arah pintu. Pria itu beranjak dari tempat tersebut, sedangkan Siska berusaha untuk memperbaiki pakaiannya.      

***      

Duduk di sofa dengan Siska berada di dapur membuat kedua orang yang baru saja datang terus meledek Elang.      

"Anjir. Sorry bro, gue gak tahu kalau loe berdua sedang bercocok taman. Sorry ya," ledek Jodi.      

"Kalian mau ngapain ke sini?" tanya Elang datar, kedatangan mereka berdua benar benar membuat mood Elang hancur. Baru saja dirinya merasakan surga yang begitu nikmat, ini kedua manusia planet itu datang menghancurkan semuanya.      

"Gue dapat kabar mengenai Carissa."      

Deg      

Deg      

Deg      

###      

Hulla. Selamat membaca yaa, terima kasih. Love you guys, sehat terus buat semuanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.